Selasa, 15 Maret 2016

GUGUS FONEM DAN DERET FONEM
Gugus fonem adalah dua buah fonem yang berbeda tetapi berada dalam sebuah silabel atau suku kata. Sedangkan yang dimaksud deret fonem adalah dua buah fonem yang berbeda, berada dalam silabel yang berbeda, meskipun letaknya berdampingan.
Gugus dan Deret Vocal
Gugus vocal adalah sama dengan diftong. Diftong atau gugus vocal (ai,au,oi,ei) . Deret vocal yang tercatat sampai saat ini adalah (aa,au,ai,ao,ua,ue,ui,ia,iu,io,oa,oi,eo) .
Gugus dan Deret  Konsonan
Gugus konsonan disebut juga klaster yang ada dalam bahasa Indonesia adalah :  br, bl, by,dr,dw, dy,fl,fr,gl,gr,kl,kr,ks,kw,pr,ps,sl,sp,spr,sr,st,str,sw,sk,skr,tr,ty.
Deret kosonan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : bd, bh,bl, hb,hk,hl,hm,ht,kb,kl,km,kr,ks,kt,?d,?l,?m,?n,?y,lb,ld,lk,lm,lm,lp,mb,mp,mpr,nc,ncl,ncr,nd,nj,np,nt,ng,nk,,ns,pt,rb,rc,rd,rg,rh,rj,rk,rl,rm,rn,rp,rd,rt,sb,sk,sl,sr,sp,sd,tm,tl,xl.
DISTRIBUSI FONEM BAHASA INDONESIA
Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem didalam satu satuan ujaran, yang kita sebuah kata atau fonem.
Fonem Vokal  yang menduduki semua posisi seperti : a,i,e,a,u,o
Fonem Diftong
1. Diftong  /aw/ dapat menduduki posisi awal dan posisi akhir : aula (awla) dan pulau (pulaw). Tidak dapat menduduki posisi tengah.
2. Diftong /ay/ hanya menduduki posisi akhir : pantai (pantay)
3. Diftong /oy/ hanya menduduki posisi akhir : amboi (amboy)
4. Diftong /Әy/ hanya menduduki posisi akhir : survey (surӘy)
Fonem Konsonan
1. Konsonan /b/ dapat menduduki semua posisi : bambu, timbul, dan sebab . Namun , pada posisi akhir sebagai koda posisinya mendua, maksudnya dapat sebagai fonem /b/ dan dapat pula sebagai fonem /p/.disini, fonem /b/ itu kehilangan kontrasnya dengan fonem /p/. fonem yang seperti ini lazim disebut dengan nama arkifonem. Keduanya, /b/ dan /p/ dianggap sebagai anggota dari arkifonem /B/.
2. Konsonan /p/ dapat menduduki semua posisi :  pikat, lipat dan tutup.
3. Konsonan /m/ dapat menduduki semua posisi : makan, aman, dan dalam.
4. Konsonan /w/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah : waris dan awan
5. Konsonan /f/ dapat menduduki semua posisi: fitnah, sifat, dan aktif.
6. Konsonan /d/ dapat menduduki semua posisi : dari, adat, abad. Namun, pada posisi akhir akhir /d/ lazim dilafalkan sebagai bunyi /t/ . jadi fonem /d/ termasuk anggota dari arkifonem /D/.
7. Konsonan /t/ dapat menduduki semua posisi : tari, hati, dan karet.
8. Konsonan /n/ dapat menduduki semua posisi : nasi, tanah, tuan.
9. Konsonan /l/ dapat menduduki semua posisi : lari, balai, bakal.
10. Konsonan /r/ dapat menduduki semua posisi : raja, urat, dan lebar.
11. Konsonan /z/ dapat menduduki semua posisi : zakat, lazim, aziz. Namun pada posisi akhir fonem /z/ kehilangan statusnya . dia menjadi anggota dalam arkifonem /Z/ karena lazim di ucapkan sebagai /s/.

Gugus Konsonan
1. Gugus konsonan /br/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah : brahmana dan labrak.
2. Gugus konsonan /bl/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah : blangko dan amblas.
3. Gugus konsonan /by/ hanya menduduki posisi tengah : obyek dan subyek.
4. Gugus konsonan /dr/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah : drama dan sudra.
5. Gugus konsonan /dw/ dapat menduduki posisi awal saja : dwidarma
6. Gugus konsonan /dy/ hanya menduduki posisi tengah : madya.
7. Gugus konsonan /fl/ menduduki posisi awal dan posisi akhir : flannel dan inflasi.
8. Gugus fonem /fr/ dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah : frater dan infra.
9. Gugus konsonan /gl/ hanya menduduki posisi awal : glukosa.
10. Gugus konsonan /gr/ hanya menduduki posisi awal : grafitas dan gram.


PERUBAHAN BUNYI/FONEM
Perubahan bunyi yang tidak menyebabkan identitas fonemnya berubah, maka perubahan itu hanya bersifat fonetis, tetapi jika perubahan itu sampai menyebabkan identitas fonemnya berubah maka perubahan itu bersifat fonetis. Penyebab perubahan karena :
1. Akibat adanyanya koartikulasi
Koartikulasi disebut juga artikulasi sertaan, atau artikulasi kedua, adalah proses artikulasi lain yang menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer, atau artikulasi pertama. Koartikulasi ini terjadi karena sewaktu artikulasi primer untuk memproduksi bunyi pertama berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk menyebut atau memproduksi bunyi berikutnya. Akibatnya, bunyi pertama yang dihasilkan agak berubah mengikuti cirri-ciri bunyi kedua yang akan dihasilkan.
Dalam peristiwa ini dikenal adanya proses-prose labialisasi , rerofleksi, palatalisasi, velarisasi, faringalisasi, dan glotalisasi.
a. Labialisasi
Adalah proses pelabialan atau pembulatan bentuk bibir ketika artikulasi primer berlangsung. Contohnya : (tujuan) dibaca (twujuwan)
b. Retrofleksi
Adalah proses penarikan ujung lidah melengkung kea rah palatum sewaktu artikulasi primer berlangsung sehingga terdengar bunyi (r). contohnya adalah (kertas) di lafalkan (kretas).
c. Palatalisasi
Adalah proses pengangkatan daun lidah kea rah langit-langit keras (palatum) sewaktu articulator primer berlangsung. Contohnya adalah (piara) dilafalkan (pyara)
d. Velarisasi
Adalah proses pengangkatan pangkal lidah (dorsum) kearah langit-langit lunak (velum) ketika artikulasi primer berlangsung. Contohnya adalah (makhluk) di lafalkan (mxaxluk)
e. Faringalisasi
Adalah proses penyempitan rongga faring ketika artikulasi sedang berlangsung dengan cara menaikan laring, mengangkat uvular (ujung langit-langit lunak) serta dengan menarik belakang lidah (dorsum) kearah dinding faring. Semua bunyi dapat di faringalisasikan.
f. Glotalisasi
Adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glottis (glottis tertutup rapat) sewaktu artikulasi primer berlangsung. Contohnya adalah : (taat) di lafalkan (ta’at)



2. Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan
a. Asimilasi
     Yang dimaksud dengan asimilasi ialah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh yang berada sebelum atau sesudahnya.
     Asimilasi progresif umpamanya bunyi [t] adalah bunyi apikoalveolar  atau apikodental tetapi pada kata <stasiun> bunyi [t] itu dilafalkan sebagai bunyi [t] laminoalveolar. Perubahan bunyi hambat apikoalveolar [t] menjadi bunyi hambat laminoalveolar adalah karena pengaruh secara progresif dari bunyi geseran laminopalatal [s].
     Asimilasi regresif, umpamanya bunyi [p] adalah bunyi hambat bilabial; tetapi bunyi [p] pada silabel pertama kata <pantun> dilafalkan secara apikoalveolar. Perubahan bunyi hambat bilabial [p] menjadi bunyi hambat apikoalveolar adalah karena pengaruh nasal apikoalveolar [n].
b. Disimilasi
     Dua buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah bunyi yang berbeda atau tidak sama. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada kata belajar, yang berasal dari pembentukan ber + ajar, yang seharusnya menjdi berajar. Namun, disini bunyi [r] pertama didisimilasikan dengan bunyi [ l], sehingga menjadi belajar.

3. Akibat Distribusi
     Yang dimaksud dengan distribusi adalah letak atau tempat suatu bunyi dalam satu satuan ujaran.

a. Aspirasi
     Adalah pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan keras, sehingga keluar buyi [h]. misalnya bunyi [p] dalam bahasa inggris bila berposisi pada awal kata akan  diucapkan dengan aspirasi, sehingga terdengar sebagai bunyi [ph].
b. Pelepasan (release)
     Adalah pengucapan bunyi hambat letup tanpa hambatan atau letupan, lalu dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Jadi, hambatan itu dilepaskan atau dibebaskan. Misalnya, bunyi [p] adalah bunyi hambat letup bersuara; tetapi bunyi [p] pada kata <tatap muka>  dilafalkan tanpa hambat letup.
c. Pemaduan (pengafrikatan)
     Adalah penghilangan letupan pada buyi  hambat letup. Dalam hal ini, selain hambat letup dilepaskan, lalu bunyi digeserkan secara perlahan-lahan. Jadi, artikulasinya bukan hambat letup, melainkan menjadi hambat geser. Misalnya, bunyi [t] pada kata <hebat> dan <tempat> dilafalkan menjadi [hεbats] dan [tαmpats].
d. Harmanisasi Vokal
     Adalah proses penyamaan vokal pada silabel pertama terbuka dengan vokal pada silabel kedua yang tertutup, umpamanya pada kata-kata <sate> , <onde-onde> , dan <rante> , <coret> , dan <kontet> diucapkan pada bunyi [ε].
e. Netralisasi
     Ialah hilangnya kontras antar dua buah fonem yang berbeda. Misalnya, bunyi [b] pada kata <jawab> bisa dilafalkan sebagai bunyi [p] dan juga sebagai [b], sehimgga kata <jawab> itu bisa dilafalkan sebagai [jawab]

4. Akibat proses Morfologi
     Perubahan bunyi akibat adanya proses morfologi lazim disebut dengan istilah morfofonemik atau morfofonologi.

a. Pemunculan Fonem
     Adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada akibat dari terjadinya proses morfologi. Misalnya, dalam prefikasi me- atau pe- akan muncul bunyi nasal yang homorgan dengan fonem pertama dari dasar yang diberi prefis itu. Contoh:
                       
                              {me-}    +   {bina} → membina
                              {pem-}  +   {bina} → pembina

Akan muncul bunyi pelancar [y] apabila sebuah kata yang berakhir  dengan bunyi [i] diberi sufik {-an}; dan akan muncul bunyi pelancar [w] apabila sebuah kata yang berakhir dengan bunyi [u] diberi sufiks {-an}. Contoh;
                         
                              {hari}    +    {-an} → [hariyan]
                              {satu}    +    {-an} → [satuwan]

b. Pelepasan Fonem
     Adalah pristiwa hilangnya fonem akibat morfologis.
Contoh:

                              {ber}        +       {renang}  → [berenang]
                              {sejarah}  +       {wan}      → [sejarawan]
                              {anak}     +        {nda}      → [ananda]

c. Peluruhan Fonem
     Adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menyatu pada fonem berikutnya. Hal ini terjadi dalam prefikasi {me} atau {pe} pada kata yang dimulai dengan konsonan tak bersuara, yaitu [s, k, p, dan t]. Contoh:

                              {me}    +    {sikat}  →  [m∂ňikat]
                              {pe}     +    {sikst}  →  [p∂ňikat]
                              {me}    +    {kirim} →  [m∂Kirim]
                              {pe}     +    {kirim} →  [p∂Kirim]
                              {me}    +    {pilih}  →  [m∂milih]
                              {pe}     +    {pilih}  →  [p∂milih]
                              {me}    +    {tulis}  →  [m∂nulis]
                              {pe}     +    {tulis}  →  [p∂nulis]

d. Pergeseran Fonem
     Adalah perubahan posisi sebuah fonem dari satu silabel ke dalam silabel berikutnya.
Contoh:
                              {lom.pat}     +     {an}  →  [l ëm.pa.tan]
                              {ma.kan}      +     {an}  →   [ma.ka.nan]
                              {mi.num}     +      {an}  →   [mi.nu.man]

e. Perubahan Fonem
     Adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain Karena menghindari adanya dua bunyi sama.
Conroh:
                             {ber}     +     {ajar}    →  [bαlajar]
                             {ter}      +     {anjur}  →  [taαlanjur]

5. Akibat dari Perkembangan Sejarah
a. Kontraksi (penyingkatan)
     Adalah proses penghilangan sebuah bunyi atau lebih pada sebuah unsure leksikal. Dilihat dari badian mana dari unsure leksikal itu yang dihilangkan dapat dibedakan atas aferesis, apokop dan sinkop.
Aferesis adalah proses penghilangan satu fonem atau lebih pada awal kata. Misalnya:
                           
                               Tetapi          →    tapi
                               Pepermin     →    permen
                               Upawasa      →   puas
                               Hembus       →   embus
                               Hutang         →   utang
                               Satu              →   atu

Apokop adalah proses penghilangan satu fonem atau lebuh pada akhir kata. Misalna:

                               Pelangit     →   pelangi
                               Mpulaut    →   pulau
                               President   →   presiden

Sinkop adalah proses penghilangan sebuah fonem atau lebih pada tengan kata. Misalnya:

                              Baharu   →   baru
                              Sahaya   →   saya
                              Utpatti    →   upeti

b. Metatesis
     Adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata. Di antaranya yang ada adalah

                              Jalur        →    lajur
                              Royal      →    loyar
                              Brantas   →    bantas
                              Ulur        →    urul
                              Kelikir    →    kerikil
                              Sapu       →    apus   usap

c. Diftongisasi
     Adalah proses perubahan vokal tunggal menjadi vokal rangkap secara berurutan. Perubahan vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam satu puncak kenyaringan. Misalnya:

                              Anggota    →   anggauta, bunyi [o]  →  [au]
                              Sentosa     →   sentausa, bunyi [o]  →  [au]
                              Teladan    →   tauladan,  bunyi [e]  →  [au]
                              Topan       →   taupan,    bunyi [o]  →  [au]
d. Monoftongisasi
     Adalah proses perubahan dus buah vokal atau gugus vokal menjadi sebuah vokal. Misalnya:

                              [ramay]    diucapkan   [rame]
                              [kalaw]    diucapkan    [kalo]
                              [satay]     diucapkan    [sate]
                              [pulaw]    diucapkan    [pulo]

e. Anaftiksis
     Adalah proses penambahan bunyi vokal di antara dua konsonan dalam sebuah kata; atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata tertentu. Tiga macam anaftiksis:

     Protesis adalah proses penambahan bunyi pada awal kata. misalnya:

                              Mas     →   emas
                              Mpu    →   empu
                              Tik      →   ketik
                              Lang    →  elang

 
     Epentesis adalah proses penambahan bunyi pada tengah kata. Misalnya:

                              Kapak     →    kapak
                              Sajak       →    sanjak
                              Upama    →    umpama
                              Beteng     →    benteng

     Paragog adalah proses penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Misalnya:

                              Hulubala     →    hulubalang
                              Ina              →    inang
                              Adi             →    adik












10 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wr wb. Nama saya Raudah Putri Ekasari dari kelompok 3, dalam blog ini dijelaskan Sinkop adalah proses penghilangan sebuah fonem atau lebih pada tengah kata. Jadi, yang saya ingin tanyakan adalah apakah sinkop akan terus berkembang (membuat hilangnya fonem) seiring dengan berkembangnya kata kata baru?. Terimakasih.

    BalasHapus
  3. Asslamualaikum Wr. Wb. Saya Gusti Putri Pathiya Arsyana Nim A1B115210 Dari kelompok 2. Saya ingin bertanya, bagaimana cara proses luluhnya sebuah fonem jika prefikasi {me} atau {pe} pada kata tudak terdengar jelas?
    Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr. wb. kami akan menjawab pertanyaan dari putri pathiya arsyana . seperti kami lampirkan diatas contohnya :
      {me} + {sikat} → [m∂ňikat]. pada kata dasar sikat dan penambahan me huruf s yang ada pada kata sikat akan hilang dan berganti menjadi ∂ň (dilapakan menyikat).

      Hapus
  4. Assalamualaikum wr.wb. Saya Dimas Fajar AP dari kelompok6. Sebutkan contoh artikulasi pertama serta cara pengucapannya seperti apa. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr.wb. kami akan menjawab pertanyaan dari Dimas Fajar AP . artikulasi primer Arus udara yang mengalir di rongga faring dan rongga mulut mendapatkan gangguan terutama oleh pergerakan lidah dan bibir. Modulasi arus udara ini dibedakan menjadi bunyi halus dan bunyi keras . Dalam arti sempit fase ini disebut sebagai artikulasi. Sedangkan artikulasi dalam makna yang lebih luas adalah keseluruhan pembentukan bunyi termasuk kedua fase sebelumnya.

      Berdasarkan daerah artikulasinya (striktur)
      a. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi : [p], [b], [m] dan [w].
      b. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator : [f] dan [v].
      c. Konsonan apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi : [t], [d] dan [n].
      d. Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai arikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi : [s], [z[, [r] dan [l].
      e. Konsonan paltal (lamino-palatal), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik artikulasi : [c], [j], [S], [n] dan [y].
      f. Konsonan velar (dorso-velar), yaiti konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasi : [k], [g], [x] dan [h].
      g. Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis : [?]
      h. Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dibentuk dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara keluar dan digesekan melalui glotis : [h].

      Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :
      a. Labialisasi, yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semi-vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada katatujuan terdengar sebagai bunyi [tw].
      b. Retrofleksi, yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k] pada kata kardus.
      c. Palatalisasi, yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].
      d. Velarisasi, yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].
      e. Glotalisasi, yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi. Misalnya, bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].

      Hapus
  5. Assalamualaikum.Saya Yunita Rakhmi dari kelompok 1.Apa yang dimaksud Bunyi hambat letup?

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam. wr.wb. kami akan menjawab pertanyaan dari Yunita rakhmi . bunyi hambat letup dihasilkan dengan cara mula mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir lalu tiba-tiba diletupkan dengan keras maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup.

      Hapus
  6. Kami akan menjawab pertanuaan dari Raudah putri Ekasari .
    Jawabannya adalah tidak , karena sinkip termasuk kontraksi atau penyingkatan yang dilihat dari bagaimana dr unsur leksikal itu dihilangkan, sedangkan kontraksi itu sendiri adalah salah satu perubahan bunyi atau fonem akibat dari perkembangan sejarah seperti contoh pada kata "baharu" yang sekarang berubah menjadi "baru" yang sudah ada pada kamus bahasa indonesia yang kita gunakan sehari hari

    BalasHapus
  7. Kalo bunyi aspirasi itu bagaimana yah?

    BalasHapus